Tumpuan di Pundak Pemuda

Anak muda mungkin cenderung dengan mereka yang mementingkan diri sendiri dan sering ceroboh. Gerusan peradaban modern yang secara mempengaruhi para anak muda dewasa ini. Mulai dari gaya hidup, gaya berpakaian dan musik menjadi pengaruh terbesar para anak muda. Bila kita berkaca kepada anak-anak muda zaman Rasulullah bisa menjadi contoh kita bagaimana mencetak generasi muda yang cakap.

Mungkin kta jarang mendengar Mush’ab bin Umair. Memang nama shahabat mulia ini tidak terkenal seperti Abdullah bin Umar atau Abdullah bin Abbas yang sama-sama menjadi pemuda luar biasa. Pemuda ini biasa disebut Mush’ab yang baik, julukan yang diberikan oleh kaum muslimin karena bagitu harumnya nama beliau. Mungkin banyak seperti kebanyakan kita, Mush’ab hidup di keadaan yang serba berkecukupan, kehidupan yang mewah dan menjadi buah-bibir gadis-gadis di Mekkah.

IMG_2600

Saat sebelum memeluk islam, ibnu Umair menjadi bunga majlis tempat-tempat pertemuan dan selalu diharapkan kehadirannya oleh para anggota danteman-temannya. Gayanya yang tampan dan otaknya yang cerdas merupakan keistimewaan dari pria yang biasa disebut Ibnu Umair, menjadi daya pemikat dan sering menjadi pemecah masalah di kelompoknya. Tidak perlu menunggu lama untuk Mush’ab memeluk islam.

Pada suatu senja Mush’ab beranjak pergi menuju rumah Arqam bin Abil Arqam, tempat Rasulullah ﷺ berdakwah di awal-awal pengutusan beliau. Saat Mush’ab mengambil tempat duduknya di majlis Rasulullah ﷺ, beliau ﷺ melantukan ayat-ayat Al-Qur’an yang menyentuh hati Mush’ab dan membuat dia menjadi muallaf saat itu juga.

Kekuatan iman yang kuat menjadi landasan kuat hidup Mush’ab hingga akhir hayatnya. Sama seperti Ibnu Umar dan Ibnu Abbas, Ibnu Umair menjadikan agama dan islam menjadi landasan hidup mereka dan membuat mereka menjadi ahli ilmu dan terhormat di dunia ini dan merekalah pemenang sesungguhnya. Pemuda-pemuda yang seharusnya menjadi contoh bagi pemuda lain di zaman sekarang.

Persaingan sekarang tidak hanya perkara dunia, ada persaingan yang menentukan tempat peristirahatan abadi kita nanti yaitu persaingan untuk akhirat. Sebagai tokoh senior, Muhammad Nuh menyemangati para pemuda untuk selalu bersaing dengan para pemenang. “Bila kita menang kita akan menjadi juara, dan meskipun kalah kita akan kalah terhormat” dan contoh pemenang sesungguhnya adalah para Shahabat.

IMG_7936

Mungkin anak-anak muda sekarang banyak yang melupakan urusan akhirat yang seharusnya menjadi landasan hidup para pemuda sekarang. “Jangan sampai kita membiarkan anak kita berjalan ke arah yang tidak baik” tegas Muhammad Nuh. Dalam Al-Qur’an Allah ﷻ sudah mengingatkan kita bahwa dunia itu melalaikan yang membuat kita mengarah kepada hal yang tidak baik, sedangkah ada kehidupan abadi di akhirat yang tidak bisa kita abaikan. Allah ﷻ berfirman,

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” (Al-Hadid : 20)

Apakah para Shahabat tidak memikirkan dunia sama sekali? Tentu tidak. Tetapi para Shahabat dapat menjadi juara dan pemenang karena mampu mengalahkan dunia yang melalaikan, dan menjadikan dunia sarana untuk memperoleh akhirat dengan banyak melakukan ibadah, menuntut ilmu yang baik, mencari rezeki yang halal dan bersedekah sebanyak-banyaknya. Tentu kita ingin menjadi juara seperti mereka yang sudah berguru langsung kepada sang Rasulullah ﷺ secara langsung.

Leave a comment